Aku dan Gaza, Bagaimana denganmu?

Iustrasi: (Doc. Canva)
duniahalimah.com—Aku  tak tahu bagaimana persaanmu ketika melihat video-video itu. Hampir setiap saat muncul di beranda dan air mata ini tak bisa dikendalikan. Di sisi lain kasihan dan di sisi lainnya merasa tertampar. Mereka sehebat dan sekuat itu. Bagaimana dengan diriku?

Kembali dalam keadaan syuhada, sedang diriku masih belum tentu. Tayangan tentang anak muda yang menjadi imam di masjid dan saat wafat jenazahnya wangi. Video semacam itu, tidak hanya satu video, tapi banyak. Aku benar-benar sedih, lalu berharap suatu saat bisa pulang dengan keadaan baik.

Ketika memutuskan untuk menekan tus di leptop, aku baru saja melihat gabungan foto anak-anak Gaza (Palestina) yang berada di bawah reruntuhan bangunan sembari memeluk kucing. Iya, binatang imut itu terlihat sedih dan majikan kecilnya sedang melindunginya dari runtuhan.

Berminggu-minggu berlalu, golongan hilang nuraninya membobardir, merampas, dan membunuh secara brutal. Banyak orang mengecam tindakannya, memboikot produk-produknya, menyerang media sosialnya, dan sebagian pemimpin-pemimpin negara di dunia telah bersuara. Sayangnya, langkah-langkah itu seperti angin berlalu bagi golongan yang telah hilang belas kasihnya.

Aku sadar, kasus ini tidak hanya terjadi akhir-akhir ini, tetapi sudah lama terjadi. Namun, aku baru mengerti kala berada di usia ini, jika dunia sangat kejam. Ternyata kebutaan itu benar-benar ada. Melukai sesama dari golongannya dan melakukan banyak cara demi memuluskan keserakahannya.

Sungguh, kepalaku terasa tak berfungsi ketika menyaksikan rekaman singkat yang sempat diambil oleh mereka yang sedang di lapangan perang. Bagaimana dengan mereka yang di lapangan? Orang tersayang hilang sekejap, bangunan, segala fasilitas rusak parah, dan tanah miliknya dirampas. Lalu bagaimana dengan mental mereka? Apalagi anak-anak yang belum tahu permasalahan sebenarnya.  

Sampai detik ini, aku masih sedih. Namun juga bangga dengan saudara-saudara kami di Palestina.  Ketangguhannya menghadapi penjajah menggambarkan keimanannya.

Suatu ketika, diriku pernah berpikir, “Apakah ini alasan Dia (Sang Maha) mengumpulkan para nabi dan ulama’ di tanah itu? Sehingga anak cucunya memiliki keimanan yang begitu kuat, walau gempuran terus datang dan merampas paksa ruh-ruh tak bersalah.

Teruntuk kamu yang sedang membaca celotehku;

Kemanusiaan selalu ada di atas segalanya. Jika masih manusia, harusnya menjaga manusia lainnya. Tak harus seagama untuk mendukung kemanusiaan.

Post a Comment

0 Comments