Sosok Ibu dalam Buku It's Okay You're Just Different

Ilustrasi: (foto:internet)


duniahalimah.com--Perjalanan hidup  manusia berbeda, karena tidak sama inilah menjadikan keunikan tersendiri untuk diceritakan. Terkadang, di saat merasa diri sendiri paling rendah, ternyata masih ada yang jauh lebih rendah. Begitu pun sebaliknya, ketika merasa sudah di atas, ternyata masih banyak yang lebih dari anggapan kita. Senada dengan peribahasa di atas langit masih ada langit.

Dua hari ini, saya berkesempatan untuk membaca buku digital di iBi Library, sebuah perpustakaan yang dikelola Bank Indonesia. Buku yang saya pinjam adalah karangan dari Kim Doo Eung yang  telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Judul aslinya It’s Okay, You’re Just Different, dalam bahasa Indonesianya berarti Tak Masalah Menjadi Orang yang Berbeda. Diterbitkan oleh Gramedia Utama pada tahun 2018 dan buku digital yang saya baca sudah terbitan ketiga bulan Agustus 2019.

Dari sampul buku ini terlihat sederhana, tetapi elegan. Meski ini merupakan buku terjemah, isi di dalamnya dapat membuat mata memerah dan meneteskan air mata. Temanya soal perjuangan ibu dibalik kehebatan anak-anaknya. Sebuah tema yang tidak terlepas dari kehidupan umat manusia. Hanya nabi Adam dan Hawa, manusia awal tanpa ibu. Sedangkan yang lainnya, terlahir ke dunia dari rahim seorang Ibu.

Kim Doo Euang begitu lihai mengisahkan orang-orang hebat yang telah menorehkan sejarah untuk dunia yang tidak lepas dari dorongan Ibunya. Bahkan di saat seorang anak berada diambang kegagalan, putus asa, dan diasingkan oleh manusia lainnya. Dialah manusia satu-satunya yang memberikan pelukan hangat dan menerima anaknya dengan lapang dada. Dia manusia yang begitu mulia karena mulianya, semua agama mengajarkan untuk menghormatinya.

Sebuah hadis Nabi Muhammad saw. Diriwayatkan oleh Bukhari, seorang laki-laki datang menghadap nabi, kemudian bertanya;

Ya Rasulullah, siapakah gerangan orang yang patut aku gauli dengan baik?

Nabi menjawab “Ibumu”

Kemudian orang itu bertanya lagi, siapa lagi?

Nabi menjawab “ibumu”

Orang itu bertanya lagi, siapa lagi?

Nabi menjawab, “kemudian bapakmu.”

 

Betapa mulianya seorang ibu. Waktu kecil kita mendengar nyanyian tentang kasih ibu. Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.  Senada dengan lagu ini, jika kita putar ulang kembali perjuangannya mengandung selama sembilan bulan. Tidur tidak nyaman, makan pilih-pilih, nyaris sering muntah. Kemudian saat melahirkan, nyawa ibu sebagai taruhannya. Setelah lahir ke dunia, perjuangan masih berlanjut hingga kita sebesar ini. Perjalanan yang begitu panjang, sabar dan ikhlas menjadi juangnya.

 

Buku ini juga bercerita, perjuangan seorang ibu untuk anak-anaknya. Setidaknya ada duapuluhlima kisah ibu-ibu hebat yang melahirkan dan membesarkan anak-anak hebat, antara lain;

Thomas Alva Edison sang penemu lampu, Johann Heinrich Pestalozzi Bapak pendidikan modern, Hans Christian Anderson seorang penulis dongeng hebat, Pablo Ruzi Picasso seorang pelukis, Hellen Adams Keller (tunanetra pertama yang lulus sarjana), Albert Einstein (ahli fisika), Albert Schweitzer (pendeta, dosen, dan pemain musik), Nelson Rolihlaha Mandele (Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan), Martin Luther King (Pemimpin gerakan pembebasan kulit hitam Amerika), Bill Gates (pendiri Microsoft),

Pandit Jawaharlal Nehru (Politikus dan pemimpin gerakan rakyat di India), Zhou Enlai (Politisi China), Arnold Joseph Toynebee (ahli sejarah dan kritikus sastra), Victor Mario Hugo (penulis puisi romantic), Douglas MasArthur (panglima tertinggi perang dunia II), Mohandas Karamchand Ghandi (Pemimpin gerakan kemerdekaan India), Marie Curie (ahli fisika perempuan terkenal dari Ponlandia), Lu Xun (penulis sastra modern China), Bunda Teresa (Biarawati), Florence Nightingale (perawat), Ludwig Van Beethoven (penulis musik klasik), Kim Gu (seorang guru), Stendhal (novelis Prancis abad 19), Alfred Bernhard Nobel (insinyur dan ilmuwan Swedia), dan Friedrich Wilhelm Nietzche (filosof).

Betapa ibu memainkan peranan penting dalam mempengaruhi anak-anaknya. Tercatat dalam tulisan buku ini, karena kepercayaan dari ibu seorang anak menemukan harapan hidup. Hal inilah yang dialami penemu bohlam lampu, Edison. Sewaktu kecil ia merupakan seorang anak yang memiliki rasa ingin tahu yang besar. Karena besarnya, ia kerapkali bertanya kepada orang sekelilingnya. Akan tetapi orang-orang di sekitarnya menganggap dia aneh dan dianggap rendah pemahamannya. Bahkan ayahnya menganggapnya terbelakang.

Saat bersekolah pun, dia dikeluarkan karena ketika gurunya menerangkan soal pertambahan 1+1=2. Kemudian gurunya membawa dua apel untuk ditunjukkan pada murid-muridnya. Namun sayangnya anak kecil Edison tidak memahaminya, malah mengambil tanah liat dan diletakkan di meja. Sembari berkata, 1+1=1.  Sang guru tidak dapat berkata-kata lagi dan segera memanggil ibu Edison. Lalu berkata bahwa anaknya memiliki masalah di kepalanya dan mengeluarkan Edison dari sekolah. Namun Ibu Edison berbalik berkata; Edison tidak memiliki masalah dan tidak bodoh. Hanya saja dia memiliki cara berpikir berbeda dengan anak lainnya.

Semenjak kejadian itu, Nancy—ibu Edison—bertekad mendidik Edison di rumah. Tanpa kenal lelah sang ibu memberikan pertanyaan yang sulit dan mengarahkan Edison membaca banyak buku. Bahkan ibunya membuatkan laboratorium untuk Edison di rumahnya. Itulan awal kisah yang tertuang dalam buku ini dan masih banyak lagi gambaran kisah sosok ibu yang berjuang untuk anak-anaknya. Pembaca bisa meminjam buku digitalnya di aplikasi iBi Library (Selengkapnya klik link di bawah ini)

Baca Juga: Buat Kamu yang Suka Baca Buku


Selain tulisan Kim Doo Eung, masih banyak lagi kisah ibu-ibu hebat di luar sana. Termasuk ibu kita sendiri. Seorang perempuan hebat yang melahirkan dan membesarkan kita. Meski kita dianggap berbeda sekalipun.

Teruntuk kita yang masih bisa mencium tangannya, jangan pernah sia-siakan keberadaanya. Namun jika sudah kembali, berikan doa terbaik dalam waktu terbaik kita.

 ---

Catatan;

Teruntuk teman-teman yang ingin bercerita tentang ibunya, boleh komentar ya. Barangkali, semakin banyak yang membaca ceritamu, maka semakin banyak pula yang menyadari bahwa sosok ibu begitu berarti untuk kita. 


Buku Kim Doo Eung


























Post a Comment

0 Comments