Catatan Perjalanan YFLA Duta Inisiatif Indonesia Surabaya-Jakarta



duniahalimah.com--Senin, 5 Februari 2024 merupakan momen pertama kalinya bepergian jauh sendirian menggunakan kereta. Selama ini meski jauh tetap bersama banyak orang. Sebuah keputusan yang sangat jarang diambi.

Bepergian ini bukan dalam rangka liburan, akan tetapi menghadiri kegiatan volunteer yang diadakan GreenZInitiative Indonesia atau biasa dikenal dengan sebutan Duta Inisiatif Indonesia.


Setahun yang lalu, tepatnya akhir Desember 2022, aku mendaftarkan diri sebagai Duta Inisiatif Indonesia. Siapa kira ternyata terpilih dan berakhir menjadi special award dengan hadiah utamanya mendapatkan fasilitas fully funded pengabdian di Banten. Singkat cerita, sekaranglah momen itu tiba. 


Aku menulis celoteh ini setelah kereta yang kutumpangi melewati stasiun Tegal. Perkiraan pukul 4 pagi lebih sekian menit. Sungguh tidurku tidak terlalu nyenyak, hampir di setiap stasiun terjaga. 


Baiklah, mari kembali ke sebelum berada di gerbong pertama ini. Aku berangkat dari klinik Insight menuju stasiun Pasar Turi Surabaya pukul 19.25 dengan membawa satu koper ukuran 20 inchi, tas ransel, dan sedikit oleh-oleh. Agak berat menurutku. Yang semula tak kusangka akan seberat ini. Tapi tak mengapa, it's okay.  


Langit nampak tak bersahabat, kilatan petir dari kejauhan samar-samar membuat diri merapal doa. Di tengah-tengah perjalanan, hujan pun benar-benar terjadi. Alhasil pak Grab meminggirkan motornya untuk menggunakan jas hujan. Beruntungnya aku juga disediakan jas hujan plastik.  Setelah itu, kendaraan melaju kembali. Rintik hujan yang semula lebat berubah hanya gerimis. Hingga tibalah di pelataran kereta Pasar Turi. Lokasi yang mengingatkanku pada momen tahun 2018, berjumpa dengan dua sastrawan Indonesia. 


Segera kulunasi pembayaran Grab, mengingat tidak menggunakan aplikasi Ovo. Lalu mengucapkan terima kasih dan mendoakan bapak itu. Setelah itu kudorong koper berwarna silver. Beberapa pegawai stasiun berjejer rap sedang menunggu penumpang dengan bawaan berat, kemudian menawarkan bantuan. Aku sendiri tidak berniat meminta mereka, mengingat barang yang dibawa bisa dikendalikan. Akhirnya hanya bertanya lokasinya saja.


Sesampai di ruangan tunggu kereta ekonomi, segera check in pada layar di samping tempat tunggu. Seusai itu mencari tempat duduk yang kelihatannya hampir penuh. Untungnya masih ada, meski di kelilingi oleh banyak orang. Tepat di sampingku mbak-mbak kira-kira usianya seumuran berasal Sukodono-Sidoarjo, di depan dan pinggir orang Indramayu. 


Cukup lama menunggu, sekitar 1 jam lebih. Dari kejauhan, aku melihat ada toko oleh-oleh dan kudekati toko itu. Mbak pegawai tokonya sangat ramah. Ia berasal dari Blora Jawa Tengah. Dirinya mengaku sejak gadis merantau ke Surabaya, dan kini telah berkeluarga serta tinggal di dekat stasiun Gubeng. Namanya mbak Siti. Mbak Siti dengan mantap menjelaskan berbagai macam makanan khas daerah Surabaya dan kuputuskan membeli satu. 


Setelah itu, aku berpamitan dan segera menuju tempat barang-barangku yang kutitipkan pada penumpang lain. Samar-samar petugas memanggil penumpang untuk segera mencocokan kartu Tanda pengenal dengan tiket. Aku pikir langsung ke kereta. Ternyata masih ada waktu tiga puluh menit lagi, baru bisa naik. Sembari menunggu, aku mendekati seorang kakek tua berusia 75 tahun. Memang sengaja kudekati, karena kupikir orang-orang tua semacam kakek ini memiliki banyak pengalaman hidup. 


Baiklah, sampai waktunya pemberitahuan agar menaiki gerbong kereta. Banyak orang berlomba-lomba memasuki gerbong kereta yang begitu panjang. Naasnya, posisiku sekarang berada di gerbong terakhir. Alhasil harus mendorong koper itu menuju pertama yang telah di ujung depan. Aku tak menggerutu dengan situasi ini. Malah bersyukur, jadi tahu bahwa gerbong satu sejauh itu. Diri ini tak sendiri, beberapa orang juga kelihatan terengah-engah menuju gerbong yang sama denganku. Sesampai di tempat duduk, kuletakkan barang bawaan. 


Bapakku menelpon bertanya tentang keberangkatanku. Sesudah menerima telepon ini, kuabadikan momen pertama sembari menunggu kereta melaju. Malam itu aku tidur di kereta, setelah selesai membuat surat di leptop. 


Sholat di Kereta

Sekitar waktu subuh, mata lelap ini terbuka. Sedangkan penumpang lain masih berada dj dalam mimpi. Kereta melaju kenjang dan kuputuskan untuk ke toilet membasuh wajah. Toilet yang berada di ujung gerbang terasa bergoyang-goyang. Setelah itu, kuambil mukenah di tas. Segera sholat dengan duduk di bangku keret. Ini adalah momen pertama kalinya sholat di dalam kereta dengan posisi duduk, serta tidak memikirkan arah. Aku bersyukur tentang itu. 


Cerita akan berlanjut di next postingan, see you


Baca Juga Apakah Harus Jadi Duta?



Post a Comment

0 Comments