Hadapi Pandemi dengan Inti Pancasila

Ilustrasi: (Foto: internet)

duniahalimah.com—Dilansir dari laman kompas.com (15/06) total keseluruhan kasus Covid-19 (mulai dari awal) telah mencapai 1.927.708. Tercatat Selasa (15/06) selama 24 jam kasusnya bertambah 8.161. Mendapati ini bukan lagi persoalan lelucon dan remeh temeh. Sebab hingga hari ini telah memakan waktu 1 tahun lebih lamanya. Berbagai usaha digalakkan demi mencegah dan mengurangi angka yang terpapar. Namun tidak dapat dielak usaha yang dibangun tidak berjalan sebagaimana harapan.

Mulai dari memprogandakan tentang selalu menjaga kebersihan, memakai masker, menjaga jarak, hingga vaksinasi. Tidak hanya itu, imbas dari hadirnya Covid juga merambah ke berbagai lini kehidupan. Bukan hanya kesehatan, tetapi pendidikan, ekonomi, mendapat imbasnya. Ditambah pula dengan berbagai isu yang ada di media juga kerapkali menjadikan bahan seteru antar kelompok dan individu. Pada titik inilah, seharusnya semua komponen bangsa perlu intropeksi diri dalam memahami nilai-nilai yang telah terpatri dalam dasar negara Indonesia.

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 1 Juni 2021 Indonesia memperingati kelahiran Pancasila yang telah berusia 76 tahun.  Sejarah pancsila diambil dari hasil rapat yang diadakan Dokuritsu Junbi Chosa-kai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang disingkat BPUPKI pada masa lalu. Pancasila terdiri dari lima sila yang disederhanakan lagi oleh Bung Karno menjadi trisila, kemudian diperas lagi menjadi kata gotong royong.

Gotong royong-lah inti dari Pancasila. Soekarno mengatakan pancasila berasal dari kehidupan masyarakat Indonesia sendiri. Pancasila diangkat dari budaya masyarakat Indonesia. Bahkan pancasila adalah filsafat hidup bangsa.  Perihal inilah begitu relevan dalam konteks hari ini. Saat semua lini; baik aktor negara dan seluruh masyarakat wajib bahu membahu menjaga lingkungan dan saling melindungi dari virus Covid-19.  Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menguatkan inti Pancasila dalam melewati masa pandemi;

Berbagi

Imbas dari pandemi telah dirasakan oleh masyarakat Indonesia, salah satunya dalam persoalan ekonomi. Pada masa awal-awal berapa banyak karyawan yang dirumahkan dan perusahaan gulung tikar. Pendapatan menjadi semakin menurun. Kementerian Ketenagakerjaan sempat menyebutkan, selama Pandemi hingga 27 Mei 2020 tenaga kerja yang dirumahkan sejumlah 1,7 atau 1.722.958 orang.
Angka itu tidak memang tidak sedikit. Di sinilah peran gotong royong harus digerakkan dalam bentuk berbagi kepada yang kurang mampu. Seperti kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Jawa Tengah dalam mengatasi dampak dari pandemi dengan membuat “Jogo Tonggo.” Kebijakan Joko Tonggo dilakukan di setingkat RW dalam hal ekonomi.


Saling Menguatkan

Bagi mereka yang terpapar bukan hanya fisik yang terserang, tetapi mentalnya. Di sinilah peran setiap kita untuk saling menguatkan, bukan malah bersikap acuh. Ingat tubuh sehat bermula dari mental yang kuat. 


Tidak Memberi Stigma

Pada awalnya beberapa masyarakat kita begitu anti pada mereka yang terindentifikasi Covid-19. Bahkan mencibir tenaga medis yang mengorbankan segalanya di garda terdepan. Tentu sikap itu jauh dari nilai Pancasila. Nilai gotong royong mengajarkan agar saling menghargai  Mari mulai sekarang berhenti untuk memberi stigma negatif kepada mereka yang terindentifikasi dan pada mereka yang berjuang di garda terdepan.

Saling Percaya

Masa pandemi dikenal dengan era new normal. Mau tidak mau, semua keadaan harus beradaptasi. Salah satu dampaknya adalah banyak kegiatan teralih pada media massa. Di sisi lain memudahkan, namun di sisi lain imbas yang harus kita waspadai tentang berita-berita yang simpang siur, yang dapat mematahkan kepercayaan kita pada komponen bangsa. Mari aplikasikan nilai gotong royong dengan saling percaya dan tidak saling mencurigai. Baik pemerintah pada masyarakat, atau sebaliknya.

Saling Menjaga

Sikap saling menjaga sangat diperlukan di masa pandemi saat ini. Baik menjaga diri sendiri, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita. Berusaha  menjaga kesehatan, kebersihan, menjaga jarak, menggunakan masker merupakan bagian dari toleransi. Tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan pemerintah bukan hanya menguntungkan pemerintah, akan tetapi menguntungkan diri sendiri dan orang lain. Jika diri kita terpapar lalu tidak mengisolasi diri, kemudian orang lain ikut pula tertular. Maka yang rugi bukan hanya diri sendiri, tapi orang lain juga dirugikan.

Itulah beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengaplikasikan inti Pancasila yakni gotong royong di tengah kehidupan pandemi. Dilakukan bersama-sama akan lebih ringan, dibandingkan dilakukan dengan sendirian. Seperti filosofi sapu lidi, satu lidi tidak akan membersihkan daun kering di depan rumah, namun kumpulan lidi mampu membersihkan halaman dari daun kering.

“Tulisan ini diikutsertakan kompetisi dalam
rangka memperingati Bulan Pancasila dengan tema Keistimewaan Pancasila: Toleransi, Berbagi, Gotong Royong yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika
DIY”
 
 

Post a Comment

1 Comments

Rahman Kamal said…
Selama pandemi Kita emang diuji banget. Sangat perlu untuk saling mendekap dan menguatkan satu sama lain. Setuju banget sama poin dari Mbak Halimah. Poin-poin luhur pancasila cocok banget untuk diterapkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apalagi di tengah masa sulit akibat pandemi sekarang ini