Tidak Jadi Ngaji Kitab Malah Dapat Pelajaran

Ilustrasi: (foto:internet) 

duniahalimah.com--Jum'at, 11 November 2022 saya  beranikan diri melawan rasa malas dengan melangkahkan kaki menuju ke sebuah majelis. Jaraknya sekitar 950 meter. Dilihat dari Google map agak jauh. Sempat ragu untuk berangkat. Namun, saya teringat akan diri yang sangat butuh belajar dan garis keilmuan. 

Lantunan ayat suci Al-Qur'an terdengar dari corong-corong masjid. Pertanda gelap akan bertandang dan Maghrib kembali datang. 

Bermodalkan niat, perasaan malas dilibas. Saya segera berangkat dengan jalan kaki. Mengingat tidak bisa mengendarai motor dan pertimbangan lainnya sebagai sarana olahraga.   Sesekali saya melihat map, khawatir salah jalan. Tepat lurus di jalan Anjasmoro, melalui tiga perempatan, lurus sedikit akan sampai ke masjid tempat kajian itu. 

Langit mulai gelap, sayup-sayup azan mulai diperdengarkan. Sayang sekali masih di jalan, sekitar 350 meter lagi akan sampai. Saya terus berjalan dan sampailah ke masjid itu. 

Sudah banyak orang berduyun memenuhi masjid untuk menunaikan sholat berjamaah. Terlihat salah seorang jamaah masih di luar pagar, lalu saya menanyakan lokasi wudu jamaah perempuan. Ia pun menunjukkan di lantai dua. 

Segeralah saya mengikuti arahan orang itu. Benar, di lantai dua banyak santri TPQ yang ikut berjamaah. Seperti dugaan di perjalanan, saya sholat sendirian. 

Di pamflet yang saya dapatkan kajian akan diberlangsungkan selepas maghrib. Namun, setelah sholat malah istighotsah. Entah, apa yang salah dan untuk memastikannya saya menunggu sampai selesai sholat isyak. 

Selama menunggu, tasbih, tahmid, tahlil, dan sholawat menggema memenuhi setiap ruang masjid. Adik-adik santri yang duduk di depan saya terlihat mengikuti. Meski ada beberapa yang terlihat bosan dan bercanda. 

Seketika saya teringat dengan masa-masa seusia mereka. Sangat rajin mengikuti kegiatan jamaah dan istighotsah, meski kerapkali terlelap karena terlalu tenang di kondisi itu. 

Saya jadi tertampar mengingat itu, bagaimana dengan sekarang? Bukankah sudah jarang istighotsah dan jamaah seperti kondisi sekarang. Apakah ini hikmah yang saya dapatkan duduk lama di lantai dua masjid ini? 

Tanpa terasa air mata berguguran. Ya, meski kajiannya tidak saya dapatkan, tapi pelajaran yang Allah berikan sudah lebih dari cukup. Sepanjang sholat Isyak, tangis benar-benar datang sampai beberapa tetesnya membasahi jaket yang dijadikan alas sujud. 

Selepas sholat Isyak, saya lipat mukenah itu dan beranjak menuruni tangga untuk keluar dari masjid. Siapa sangka ternyata dilanjut dengan sholat tasbih. Sebab terlanjur keluar, akhirnya memilih untuk kembali. Apalagi sudah malam dan jarak tempuh dari klinik ke lokasi lumayan jauh. 

Saya berharap, ini bukan semangat akhir, tapi semangat awal yang akan terus bertumbuh. Kayaknya Halimah kecil yang selalu ingin tahu banyak hal.

Post a Comment

0 Comments