Dikejar Elang Raksasa

 

Ilustrasi: (foto: internet)

duniahalimah.comTerik mentari mulai meninggi, kicauan burung menghiasi pagi, pertanda cuaca hari ini indah sekali.

“Ma, hari ini hari Minggu, hore!!" Sorak Adi menyerbu mamanya yang sedang memasak.

“Iya, hari ini hari Minggu sayang”

“Ma tak ada jalan-jalan kah?” Tanya Adi sambil memainkan mainan mobil-mobilannya di atas meja makan.

Sudah menjadi kebiasaan Adi, Mama, dan Papa setiap hari minggu pergi berlibur. Seperti pergi ke taman bermain, kebun binatang, dan pantai. Namun minggu ini sangatlah berbeda.

“Sayang, keadaan di luar berbahaya, jadi untuk hari ini kita liburan di rumah saja ya,” ucap Mama sembari menggoreng tempe kesukaan Adi.

“Yah, kok enggak jadi,” wajah Adi seketika berubah, lalu berlari ke kamarnya.

Di dalam kamar, Adi melemparkan mainan-mainannya dan menangis sekencang-kencangnya.

“Kenapa tak jadi liburan,” teriaknya lagi.

“Hu.. hu… hu…,” air matanya merembes dari pipinya.

Mama Adi yang tengah sibuk memasak tidak mendengar anak semata wayangnya menangis di bilik tempat tidurnya. Sedangkan Papa Adi, di depan rumah memberi makan burung-burung kesayangannya.

Selang beberapa saat, tiba-tiba segala di depan Adi berubah. Adi bangkit dari duduknya semula. Beragam macam bunga terhampar di hadapannya. Di depan, tak jauh dari Adi berdiri, suara gemericik air. Adi melangkahkan kaki ke arah sumber suara.

Di sana Adi melihat danau dengan air terjun di ujungnya. Di samping danau ada tempat duduk dan perosotan di sana.

“Mengapa sepi, ya,” gumam Adi.

“Tak seperti biasanya. Biasanya banyak anak-anak kecil bermain perosotan di sisi danau itu,” pikir Adi lagi.

“Tak masalah, Aku main sendirian saja.” 

Adi melepas alas kakinya lalu bermain perosotan dekat danau itu. Airnya jernih sekali, dari atas perosotan Adi melihat wajahnya sendiri, Lalu ia berlari-larian ke sana kemari sendirian.

Tiba-tiba langit berubah menjadi gelap. Mentari tak nampak lagi. Burung-burung kecil berterbangan. Seekor Elang raksasa menutupi sekitaran danau. Melihat itu Adi ketakutan. Wajahnya pucat ketika melihat cakar-cakar itu mencengkram kelinci yang sedang bermain di tengah bebungaan.


Mata Elang menatap tajam wajah Adi. 

“Tolong-tolong,” teriak Adi sembari berlari sekencang-kencangnya.

“Mama, Papa,  tolong Adiiii…” Elang itu semakin beringas melihat Adi berlari di bawah pepohanan rindang. Cakar dan pelatuknya berkali-kali mencoba mengenai Adi, namun berkali-kali pula tidak mengenai tubuh Adi yang mungil itu. Adi terus berlari,

“Buuk” kaki Adi tersandung batu di depannya. Cakar itu mengarah pada tubuh Adi.

“Mama… Papa… tolong” 

“Adi.. Adi” 

Adi seketika memeluk Mama dan Papa di depannya. 

“Adi janji tak akan memaksa lagi. Adi janji akan jadi anak baik-baik lagi. Adi tak mau mengulangi lagi” nafas Adi naik turun.

Mama dan Papa saling berpandangan dan tertawa bersama-sama,

“Ya, ditertawakan”


“Habisnya, Adi tidur pagi-pagi”

“Ya, Adi tidak tahu kalau tertidur. Tadinya Adi menangis, gara-gara tidak jadi liburan hari Minggu. Tiba-tiba Adi berada di taman yang ada danaunya. Lalu Adi main perosotan dan berlari-lari di sana.”

“Tiba-tiba ada seekor Elang besarrrr sekali, mengejar-ngejar Adi,” 

“Ha-ha-ha,” tawa Mama dan Papa

“Mama kamu benar. Itulah kenapa Minggu ini kita liburan di rumah saja ya, karena di luar ada monster,” ucap Papa sambil menggendong anak semata wayangnya keluar kamar.

“Ya sudah Adi cuci muka dan tangan dulu, setelah itu kita sarapan.”

“Siap Mama sayang”

Mereka bertiga menyantap sarapan dan berniat.

“Setelah kita makan, kita buat tenda di depan rumah ya” 

“Asik.”

Surabaya, 2020


*)Cernak ini telah terbit di kamianakpantai.com

Post a Comment

0 Comments