SEGERA BERDAMAI JIKA INGIN HIDUP BAHAGIA

Sebagai seorang manusia biasa, kita tidak pernah luput dari salah dan dosa. Beragam
 kesalahan yang kita lakukan semenjak kecil hingga sekarang. Bahkan sudah tidak dapat dihitung jumlahnya. Entah dalam bentuk kesalahan pada sesama manusia, lingkungan, maupun Tuhan. Hal ini adalah sesuatu yang benar-benar wajar bagi seorang manusia. Rasulullah dalam sebuah hadis, sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi, bahwa manusia banyak melakukan kesalahan dan sebaik-baiknya manusia itu yang memperbanyak tobatnya.


Mendapati kesalahan itu wajar, namun pertanyaannya apakah seseorang akan berlarut-larut dalam kesalahan? Atau berlama-lama memikirkan kesalahan sehingga menafikan ampunan-Nya yang begitu besar bagi hamba-Nya. Realitanya ternyata masih banyak orang yang berlarut-larut dalam kesalahannya, tentang dosanya yang selama ini ia perbuat. Hingga menjadikannya frustasi, bahkan depresi, sampai-sampai berujung ingin mengakhiri diri.

Dalam dunia psikologi fenomena seperti ini dikenal dengan belum berdamai dengan masa lalu. Memang menyadari kesalahan selama ini adalah sesuatu yang bagus. Apalagi ditambah dengan memperbaiki diri serta berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi. Namun di saat seseorang malah meratapi nasib yang dialami, itulah menjadi problematika tersendiri. Orang itu bisa menjadi depresi, bahkan mengalami ketakutan-ketakutan dengan sesuatu yang ditemui, mudah curiga, dan lain sebagainya. Tentu ini sangat mengganggu dan perlu untuk disembuhkan agar tidak menjadi tameng dalam menjalani hidup.

Solusi utamanya adalah berdamai dengan masa lalu. Memang tidak mudah seseorang berdamai dengan masa lalunya yang pahit. Namun keterpenjaraan dengan masa lalu malah membuat fisik dan non fisik dalam tubuh terganggu. Beberapa pengalaman yang ditangani oleh para terapis selama ini juga begitu. Seseorang mengalami sakit berkepanjangan, berobat ke sana kemari tidak menemukan ujung kesembuhan. Hingga akhirnya dia datang kepada ahli psikoterapi dan seketika sembuhlah dari penyakitnya. Ditelisik lebih jauh penyebab utama bertamorfosis penyakit seseorang itu adalah karena dia belum memaafkan kejadian di masa lalunya.

Mendapati kisah singkat di paragraf sebelum ini, betapa urgen memaafkan masa lalu sehingga dengannya kita bisa merasakan hidup bermakna. Setiap orang bisa saja mengalami kesalahan atau dosa besar sehingga merasa terlalu besar dan tidak merasa pantas untuk meminta maghfiroh kepada Allah. Padahal Allah dalam firman-Nya sering menyebut bahwa Allah menerima semua taubat hamba-Nya yang bersungguh-sungguh..

Menjadi sebuah pernasalahan di sini adalah persoalan seseorang dalam menyikapi masa lalunya.. Tidak semua orang mampu menerima kenyataan yang dihadapinya, sehingga membuatnya terpernjara dengan masa lalunya itu. Kesalahan dan kekhilafan adalah bentuk teguran dan pelajaran bagi kita. Barangkali selama ini kita seringkali lupa untuk beribadah kepada-Nya sehingga dengan melalui kesalahan itu  kita diberikan peringatan untuk segera kembali.

Kesempatan untuk bertaubat dan berdamai dengan masa lalu akan terus ada sepanjang nyawa masih dikandung badan. Masa lalu memang sebuah pijakan di masa depan, seperti teori psikoanalisis yang menyebutkan bahwa masa sekarang adalah produksi dari masa lalu. Namun lagi-lagi semua bisa didamaikan, asalkan kita mau saja. Jika bukan kita yang memaafkan diri kita, lalu siapa lagi. Lagi pula berlarut-larut pada penyesalan tidak akan membuat semua nampak baik-baik saja, malah tambah memperkeruh keadaan.

Beruntunglah kamu yang bisa berdamai dengan masa lalumu, karena hal itu juga mempengaruhi kesuksesanmu. Bukan hanya kesuksesan saja bahkan kesehatan, kebahagiaan, serta hidup bermakna. Masa lalu bukan untuk dilupakan, namun dijadikan pembelajaran agar tidak mengulanginya lagi. Dari sinilah, mari kita berdamai dengan masa lalu dengan cara bertaubat kepada-Nya serta memaafkan diri kita sendiri dan orang lain.

,#inspirasiramadan

#dirumahsaja

#flpsurabaya

#BERSEMADI_HARIKE-6

 

 


Post a Comment

2 Comments

Berdamai dengan masa lalu tidak semua orang bisa melewatinya. Banyak diluar sana yang masih berada di titik rendah, suara-suara penyemangat selalu disemarakkan. Tapi yang paling bisa merubah itu semua adalah tekad dan org terdekat. Org terdekat orang tua tetapi tidak harus orang tua, selama ia manusia dan punya rasa sesama. Dia pun bisa.
Nurhalimah said…
Iya benar. Oleh karena itu mengapa adanya psikolog, terapis, ahli spiritual, itu semua bisa dijadikan media untuk melewatinya.