CARA MENJADI PAHLAWAN!!!



        Sedikit banyak, sejatinya saya kurang sabar untuk tidak menuliskan atau sekadar bercerita tentang pengalaman yang saya dapat. Kemarin ada seminar nasional diprakarsai oleh UKPI atau kepanjangan dari Unit Kegiatan Pengembangan Intelektual dengan sebuah tema besar “Pahlawan.” Bagi saya pribadi pembahasan persoalan pahlawan cukup menarik. Letak kemenarikannya adalah atas perjuangan dan rasa idealisnya yang membuat saya ternganga ketika mendengarkan kisah-kisahnya.
Pahlwan begitulah orang-orang menyebutnya, berasal dari bahasa Sansekerta “phala-wan” berarti orang yang menghasilkan keberhasilan untuk bangsa. Baik ditilik dari keberanian serta pengorbanannya dalam memperjuangkan kebenaran. Seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, RA. Kartini, Ki Hajar Dewantoro, dan masih banyak lagi sederet pahlwan di masa lalu. Para pahlawan itu dengan gagah berani memperjuangkan hak-hak bangsa meski harus mengorbankan jiwa dan raganya. Tidak pandang hujan ia maju ke depan, tanpa takut ada petir menyambar. Itulah sekilas karakteristik pahlawan masa lalu, lalu pertanyaannya apakah di masa saat ini ada seseorang yang bisa kita sebut pahlawan? (Di sini saya tidak akan menjelaskan seputar pengertian pahlwan, karena saya rasa semua orang sudah mengerti siapakah pahlawan itu.)
Sangat disayangkan saya masuk ke dalam ruangan seminar ini terlambat, sehingga ada beberapa penjelasan pemateri yang tidak terdengar di telinga. Namun ada suatu hal yang menggelitik pemikiran dan tangan untuk mengejawantahkannya dalam sebuah narasi. Salah satu narasumber menyebutkan “Perlawanan di mulai dari remeh temeh, di mulai dari sekarang.” Mendapati kalimat ini saya memahaminya bahwa menjadi seorang pahlawan di zaman seperti saat ini tidak harus menyandang bedil, bambu runcing, golok, atau peralatan tajam lainnya, akan tetapi untuk menjadi seorang pahlawan bisa dilakukan dimulai dari hal terkecil.
Wah, pembaca mungkin akan bertanya, lah kalau seperti itu tidak akan dikenal. Gus Fayydl (salah satu pembicara) “Pahlawan tidak harus dimonumenkan, tapi pahlawan merasuk pada hati masyarakat.” Jika saya memahaminya, menjadi sosok pahlawan tidak perlu dikultuskan dengan cara dipajang gambarnya atau dibuatkan patung sebagai bentuk pengapresiannya. Akan tetapi pahlawan seharusnya yang mampu memikat masyarakat—tidak melupakan jasanya serta dapat memberikan pengaruhnya.
Bagaimana dengan pertanyaan saya di atas? Bagaimana cara menjadi pahlawan di zaman saat ini? Ya, mari kita mulai dari hal-hal terkecil yang mampu membantu lingkungan sekitar kita. Seperti halnya memberikan edukasi kepada masyarakat, melakukan reboisasi, dan masih banyak lagi cara yang bisa kita lakukan untuk menjadi pahlwan. Ya, pahlawan tanpa tanda jasa.

(Ed. Late post)


Post a Comment

0 Comments