GENERASI MILENIAL MERENGKUH BUKAN DIRENGKUH, APAAN COBAK?

Diambil oleh: Mas Khoiruddin

Hari Sabtu tanggal 12 Januari 2018, saya mengikuti kegiatan NU Milenial yang diadakan oleh pihak PWNU Jawa Timur.  Bagi saya pembahasan terminologi milenial cukuplah menarik. Mengingat diri masih tergolong di dalamnya. Term ini barangkali bukanlah perihal asing lagi di telinga banyak orang.  Jadi cukup wajar jika pembahasan ini menjadi menarik.  Apalagi dengan ciri-ciri yang dimiliki para generasinya paling beda dengan sebelumnya.
Sebenarnya kemunculan istilah ini berawal dari pakar sejarah sekaligus penulis asal Amerika yakni William Strauss dan Neil Howe. Dua orang ini seringkali menggunakan term milenial di beberapa bukunya. Buku pertamanya berjudul Generation berisi tentang penelitian sejarah Amerika dalam setiap generasi. Lalu dilanjutkan di buku The Fourth Turning yang memfokuskan pada empat pembahasan tingkatan generasi dalam sejarah Amerika Serikat.[1]
Meski awal mulanya berasal dari penelitian sejarah Amerika, pembahasan ini tidak berhenti hanya di situ. Namun salah satu lembaga yang bernama Life Course Associates yang didirikan oleh dua pakar sejarah tadi, makin lama semakin melebarkan sayap pembahasannya. Bahkan keduanya sempat meramalkan angka kriminalitas, hamil di luar nikah, mengonsumsi alkohol di bawah umur makin meningkat. Tentu ramalan ini ternyata benar-benar terjadi.
Beberapa pakar dalam menentukan kriteria usia dalam generasi ini berbeda. Website resmi Kominfo menyebutkan; manusia yang lahir bekisar tahun 1980 hingga 1990 atau lahir di awal tahun 2000.[2] Sedangkan tirto.id menyebutkan sekitar tahun 1980-an ke atas hingga 1997. Kemudian ada pula yang menyebutkan antara tahun 1982 hingga 2004.
Melihat perbedaan ini saya kira belum ada patokan yang benar-benar sepadan di antara peneliti. Tapi yang jelas generasi milenial memiliki ciri-ciri yang sangat dekat dengan kecanggihan teknologi informasi. Idn times menyebutkan ada beberapa ciri yang dimiliki oleh generasi milenial seperti gampang bosan dengan barang yang dibeli, kesehariannya tidak bisa lepas dengan gawai, hobi melakukan pembayaran non cash, lebih suka membeli sesuatu yang cepat saji, memilih pengalaman dibandingkan aset, berbeda antara satu grup dengan lainnya, mahir multitasking, kritis terhadap fenomena sosial, dan sering posting status.[3]
Itulah beberapa ciri-ciri generasi milenial versi idntimes. Sedangkan jika saya boleh beropini, generasi ini lebih condong bersikap apatis terhadap sesama. Jika sudah berselancar dengan dunia internet, segalanya lupa dan tak jarang orang di sampingnya tak ia sadari. Bahkan pergaulan bebas itu adalah hal yang lumrah bagi generasi ini. Nilai-nilai agama dan budaya mulai terkikis dan tak dihiraukan lagi. Ya, mungkin tidak semuanya, tapi kebanyakan begitu. Contohnya adalah di negeri kita sendiri. Tak sedikit remaja kita mulai melarikan diri dan memilih hidup tidak sesuai dengan agama serta budaya.
Menghadapi tantangan itu sebenarnya generasi ini tidak perlu takut atau mundur dari kenyataan. Dengan catatan mencoba memperkokoh iman, serta mencoba merengkuh keadaan dan bukan malah sebaliknya. Ketika generasi muda telah mampu merengkuh keadaan generasinya, saya kira mereka tidak akan mendapatkan dampak negatif, bahkan yang didapat adalah positif.
Jadi bagi saya kegiatan yang diadakan oleh PWNU hari Sabtu cukuplah bagus untuk memberdayakan pemuda NU agar tidak lari dari kenyataan namun menghadapinya dengan penuh kepercayaan. Generasi muda NU tidak boleh menutup mata dengan perkembangan, tapi menghadapinya dengan banyak pengetahuan. Dengan begitu generasi muda NU tidak akan direngkuh, namun merengkuh.




[1] tirto.id dilansir 15 Januari 2018 pukul 21:10 lihat pula reysatrio.wordpress.com
[2] kominfo.com dilansir 15 Januari 2018 21:15
[3]Idntimes dilansir 15 Januari 2018 pukul 21:20

Post a Comment

0 Comments