REALITA TIDAK SEMANIS UCAPAN, BICARA BESAR HASIL NOL BODONG

Manusia sebagai makhluk ekonomi tentu tidak pernah terlepas dengan seputar kebutuhan. Kebutuhannya amatlah beragam, mulai dari tingkatan primer, sekunder, dan tersier. Apalagi di abad ini kebutuhan manusia meningkat seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut siapa pun untuk mengikutinya. Bahkan dahulu kebutuhan manusia di  tingkat sekunder kini telah beralih ke primer. Semisal dahulu gawai adalah kebutuhan sekunder namun sekarang sudah berada di tingkat primer.
Dalam memenuhi kebutuhan ini, mau tidak mau, suka tidak suka sosok manusia perlu membanting tulang untuk melengkapi kebutuhannya itu. Berbagai cara dilakukan mulai dari pekerjaan halal hingga sebaliknya. Hal ini lagi-lagi tidak terlepas karena alasan untuk mencukupi segala kebutuhan manusia sendiri. Lagi-lagi kembali kepada money atau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti uang atau alat tukar, harta, dan kekayaan. Hanya dengan uanglah seseorang dapat membeli kebutuhannya itu.
Banyak orang berasumsi di zaman seperti saat ini mencari uang begitu sulit bahkan ada yang mengatakan “Yang haram sulit, apalagi yang halal.” Inilah salah satu dalih yang digunakan oleh sebgaian orang untuk menghalalkan segala pekerjaannya. Apalagi jika mendapati kebutuhan manusia makin hari harganya meroket, sudah tidak menjadi pertimbangan lagi soal halal dan haram. Ditambah lagi ada tawaran pekerjaan dengan nominal besar, segera disikat tanpa berpikir dua kali. Begitulah barangkali yang terjadi pada kejadian akhir-akhir ini tentang direksi PT. Amoeba Internasional.
Sebagian orang mungkin sudah tidak asing lagi dengan PT Amoeba Internasional yang berafiliasi bersama PT Q-Net. Di sini PT Q-Net berkududukan sebagai induk perusahaan dengan menggunakan sistem piramida dalam melakukan bisnisnya.[1] PT induknya menyebutkan bahwa dirinya menggunakan sistem MLM atau Multi Level Marketing. Pusat perusahaannya terletak di Hongkong dan cabangnya telah menyebar di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia akhir-akhir ini PT Amoeba mendapati sebuah kasus dengan hasil penangkapan Tim Cobra Polres Lumajang (Jawa Timur) kepada salah satu pelaku dengan inisial MK (48), asal Madiun. Semula Tim Cobra tidak mengusut masalah ini, namun di awal sekitar September Tim mendapatkan informasi pengaduan kehilangan anak oleh salah satu warga.[2] Mendapati hal ini Tim bergerak cepat hingga ujungnya bukan penculikan, namun sang anak bergabung dengan Q-Net dengan tanpa seizin orang tuanya. Selain itu ia juga diharuskan membayar uang sejumlah 10.000,000,00 untuk menjadi member Q-Net.
Beberapa keterangan menuturkan bahwa para member-sebelum masuk—dijanjikan untuk dijadikan pendata barang dengan upah tiga juta rupiah dalam setiap bulannya. Namun betapa kecewanya orang yang telah menceburkan diri dalam perusahaan ini. Ternyata kenyataan tidak semanis ucapan. Malah mereka diperintahkan atasannya untuk mencari anggota baru dengan sistem serupa. Arsal selaku Kapolres Lumajang menyebutkan bahwa berbagai cara dilakukan korban untuk membayar patokan harga di sini. Mulai dari menjual sawah, menggadaikan barang, hingga menabur hutang di sana sini.[3]
Dalam menanggulangi hal ini pihak Kapolres dan Tim Cobra membentuk koordinator wilayah se-Indonesia untuk mensukseskan misi menyibak kebenaran. Tim menunjuk Didik Puwanto asal Wates Wetan, Ranuyoso, Lumajang. Didik sendiri mengaku dia diminta pihak polres.  Selain itu ia merasa karena dirinya pernah mengarungi dunia Q-Net, “Karena berkat pengalaman aku dulu di Q-Net. Seperti apa susuahnya dan kalau mental gak kuat banyak sampek bunuh diri.”  Didik pun tidak menginginkan jika banyak korban berjatuhan akibat tipu muslihat para oknum Q-Net.
Didik sendiri sebelum ditunjuk ia mengaku terinspirasi dari keramaian netizen di grup facebook Sahabat MAS tentang penipuan Q-Net. Serta banyak yang menyertakan komentar-komentar jelek, namun sayang tidak bergerak untuk berkontribusi pada Kapolres Lumajang. Mendapati hal inilah dia tergugah untuk menghubungi pribadi Sahabat Mohammad Arsal Sabhan. Tidak hanya itu saja ia mengaku “Saat ini banyak member Q-Net ditelantarkan. Sebelum gabung dikasih yang manis-manis, bahkan dilayani seperti raja. Tapi setelah join malah mereka dibiarkan kelaparan dan bahkan disuruh jalan kaki sendirian,”tuturnya dalam sebuah wawancara online.[4]
Sampai hari ini korban yang tergabung dalam grup whatshaAp sudah mendacapai sekitar 140-an.. Hingga hari ini, petisi mengenai Q-Net semakin digenjarkan untuk diisi. Hal ini tidak lain hanya untuk menegakkan kebenaran di atas muka bumi. Penulis pribadi merasa permasalahan ini makin runyam, apalagi baru saja 1 Oktober 2019 pada sekitar pukul 20.30 WIB AKBP M. Arsal Sabhan di grup SAHABAT MAS menyebutkan bahwa tiga bos Q-Net, direksi dari PT Amoeba Internasional tidak dapat menghadiri pemeriksaan kapolres Lumajang. Dalam tulisan ini pula dituturkan bahwa hal ini sudah kedua kalinya pihak tim Kapolres mengundangnya sebagai saksi. Lagi-lagi dalam tulisan ini Arsal Sabhan angkat bicara “Seharusnya ketiga Direksi PT Amoeba Internasional tidak usah takut kalau merasa benar. Kami sudah melakukan pemanggilan sebanyak 2 kali dan tidak dipenuhi.”[5]
Saya pribadi cukup menyetujui dengan ucapan Arsal Sabhan dengan memainkan sisi logis dari realita terjadi. Tentu jika berada di posisi benar, seharusnya tidak perlu bersilat lidah, menaburkan banyak kealpaan tidak menghadiri undangan. Di samping itu rasanya kurang realistis ketika mengatakan bahwa tiga orang sama-sama sakit. Tentu ini lumayan ganjil, “Sakit kok berbarengan?.”
Sudah seharusnya kebohongan diungkap, karena sepandai-pandainya menyimpan bangkai, akan tercium juga!!! Sepandai-pandainya bersilat lidah, bahasa tubuh tidak dapat bersilat darinya. Sepandai-pandainya melarikan diri, pasti ketakutan akan mengejar hidupnya.







[1] Maksud dari sistem priramid adalah sistem bisnis yang membentuk binari, di mana dalam setiap cabang kanan dan kiri akan terus bercabang. Hal ini di Indonesia termasuk pelanggaran UU Perdagangan RI No. 7 tahun 2014, pasal 105.
[2] Selengkapnya klik  link ini https://www.youtube.com/watch?v=kLs2LzDYCa0 
[3] Dalam petisi change.org, diunduh pada tanggal 1 Oktober 2019, pukul 21.11
[4]Satu hal lagi yang membuat saya tertampar rasanya, sikap tidak memanusiakan manusia. Dilansir dari media pemberitaan m.bisnis.com, dituturkan oleh Kapolres Lumajang (3/9/2019) Para member tidak diperkenankan keluar. Beberapa dari mereka ada yang berani melarikan diri dari jendela ketika malam telah tiba. Makan nasi hanya dengan garam, makan mie, dan bahkan ada yang mencuri singkong tetangga demi mempertahankan hidup. Selengkapnya lihat Abdul Jalil, “Sepak Terjang Bos-Q-Net Asal Madiun Terhenti di Lumajang,” https://m.bisnis.com/surabaya/read/201909/05/531/1144765/sepak-terjang-bos-q-net-asal-madiun-terhenti-di-lumajang, diunduh 2 Oktober 2019 pukul 19:03 WIB
[5] Facebook AKBP M. Arsal Sahban, “3 Bos Q-Net Sakit Berjamaah, Tidak Hadiri Pemeriksaan di Polres Lumajang Hari ini,” diunduh pada 1 Oktober 2019, pukul 22.00 WIB


Post a Comment

1 Comments

Unknown said…
Good,,, tapi sedikitt agak di perjelas