Sumber: www.anneahire.com |
Barangkali sudah mafhum untuk sebagian kalangan terkait terminologi
Psikologi. Psikologi berasal dari dua kata yakni pscyhe berarti jiwa dan
logos berarti ilmu, jadi ketika digabungkan bermakna ilmu jiwa.
Pembahasan mengenai psikologi sebenarnya sudah lama dijadikan sebagai bahan
kajian, bahkan di zaman Yunani sudah mendapati tempat pembahasan. Hanya saja
waktu itu masih belum dijadikan suatu disiplin ilmu tersendiri.
Pembahasan mengenai objek kajian psikologi saya pribadi menilai sangat
menarik karena hal ini tidak bisa terlepas dari kehidupan dan perilaku manusia
khususnya. Tapi untuk tulisan kali ini saya tidak akan membahas tentang
psikologi umum atau psikologi barat, namun akan membahas sekelumit tentang
psikologi Islam.
Tentu teman-teman perlu tahu bahwa Psikologi Islam berbeda dengan
Psikologi Barat yang notabenenya lebih mengedepankan sesuatu yang rasional dan
empiris. Para psikolog Barat tidak mempercayai akan adanya sesuatu yang
transenden atau tidak terlihat, sedangkan psikologi Islam menyakini itu semua.
Perbedaan keduanya terletak pada sudut pandang keduanya dalam
mengkaji manusia. Jika di Barat aspek keimanan tidak diikut sertakan, sedangkan
psikologi Islam mengintegrasikan antara akal dan keimanan. Inilah yang bisa
dikatakan cukup menarik untuk dipelajari. Jika sebelum-sebelumnya psikologi
masih melepaskan diri dari agama, tapi ketika psikologi Islam hadir, agama juga
ikut serta dijadikan bahan pembahasan.
Psikologi sendiri di dalam Islam dijadikan sebagai pisau analisis
untuk menghadapi masalah-masalah yang muncul dalam Islam. Sedangkan Islam
dijadikan sebagai alat penilai konsep-konsep Barat atau lebih tepatnya
berfungsi sebagai filter.
Dalam pembahasan psikologi Barat teman-teman mungkin tidak akan
menemukan senoktah pun terminologi jiwa di sana. Mengapa? Ya karena mereka
sendiri tidak menyakini sesuatu yang tidak nampak sedangkan jiwa dalam diri
manusia tidak tampak secara kasat mata. Tentu hal ini berbeda di dalam Islam,
pembahasan jiwa atau nafs menjadi trend topik pembicaraan.
Dasar yang dipakai juga berbeda, jika psikologi Islam memandang
sesuatu berdasarkan Alquran dan al-hadis sedangkan psikologi barat tidak. Di
sinilah nilai plus dari psikologi Islam yang tidak ada dalam psikologi Barat.
Kita sebagai umat muslim seharusnya dan hendaknya perlu tahu bahwa
di dalam Alquran banyak disebutkan tentang pengobatan. Termasuk penyakit jiwa
yang dibahas oleh psikologi. Bahkan pembahasan jiwa di dalam Alquran disebutkan
kurang lebih 300 kali. Sungguh luar biasa bukan? Beberapa sumber mengatakan
bahwa jauh sebelum tercetus terminologi psikologi sebenarnya Islam sudah
terlebih dahulu mengkaji hal itu.
Cara pandang psikologi Barat mulai dari psikoanalisis yang lebih
banyak berbicara soal libido, behavioristik yang berbicara tentang tingkah laku,
humanistik, dan terakahir psikologi transpersonal, antara ketiganya ini
memiliki perbedaan yang jauh dari pandangan Islam. Ya, mungkin hanya psikologi
transepersonal sedikit banyak hampir mendekati tapi psikologi transpersonal
masih mengalami kekurangan di dalamnya.
Salah satu tokoh psikologi transpersonal, Abraham Maslow merupakan
psikolog asal Amerika, keturunan Yahudi mengemukakan teorinya tentang lima
hierarki kebutuhan manusia. Mulai dari kebutuhan fisik, keamanan, kasih sayang,
penghargaan, hingga aktualisasi diri. Namun teori yang dibawa Maslow masih ada
kekurangan karena dia tidak membahas tentang jiwa manusia. Manusia sendiri
sebenarnya masih ada kebutuhan lain selain kebutuhan fisik yakni kebutuhan akan
rohani. Nah untuk mencapai kebutuhan rohani ini seseorang perlu kembali
kepada-Nya. Di dalam psikologi Barat kebutuhan seperti ini tidak mendapati
ruang bebas, sedangkan di dalam psikologi Islam dijadikan sebagai pembahasan.
0 Comments