UNIKNYA HARI RAYA IDULFITRI

Sumber: pribadi

Memasuki hari raya Idulfitri semua umat muslim--tanpa terkecuali--merasakan kebahagiaan yang tidak seperti biasanya. Barangkali karena selama satu bulan penuh berpuasa dan mengerjakan amalan-amalan yang dianjurkan oleh agama.
Tepat kemarin jum’at 15 Juni 2018 umat muslim di seluruh dunia merayakan hari raya Idulfitri tak terkecuali dengan Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Berbagai macam kue, petasan, hiasan rumah, baju baru, dan seterusnya sama-sama disiapkan untuk menemui hari yang ditunggu-tunggu itu. Bahkan--yang bagiku amatlah unik---ketika bunyi takbir saling digemakan di seluruh masjid, musholla, dan bahkan di lapangan. Rasanya seperti ada kebahagiaan tersendiri dalam setiap alunan nadanya.
Aku sendiri merasakan bahwa hari-hari di bulan idulfitri berbeda rasanya dengan hari-hari biasanya. Seperti melambungnya jamaah di masjid. Ya, sebagaimana tahun-tahun sebelum-sebelumnya, jika sholat Idulfitri tiba masjid tiba-tiba tak cukup. Bahkan teras-teras rumah penduduk dekat masjid juga digunakan sebagai tempat jamaah sholat. Aku kemarin sempat mikir begini “Jika hari-hari biasa seperti ini, mungkin masjid perlu direnovasi ulang---padahal sudah direnovasi—agar mampu menampung jamaah sholat.
Selain itu, ada hal lagi yang bagiku juga menarik terjadi di bulan ini. Selepas sholat idulfitri antar keluarga, saudara, teman, dan tetangga saling bersalam-salaman, silaturahmi, saling memaafkan satu sama lain. Biasanya kalau di daerahku Ranuyoso musti saudara-saudara yang rumahnya jauh berdatangan ke rumah. Nah, bagiku ini sangat menarik, apalagi pas bagi-bagi hadiah buat anak-anak (berhubung udah gede aku).
Mengutip ucapan khotib waktu sholat idulfitri “Di hari kemenangan ini kita kembali fitrah” begitu katanya. Jika mencoba memaknainya bulan idulfitri ini dijadikan sebagai ajang kita saling memaafkan antar saudara seiman kita. Kasarannya kita kembali ke nol-nol. Kita ulangi semuanya dengan berharap ke depannya akan lebih baik lagi. Perilaku yang baik tetap dipertahankan dan yang buruk ditinggalkan, harapannya cuman itu.
Lalu, ada satu hal lagi (ah, mulai tadi satu hal lagi, gak papa ya) yang aku pikirkan mulai kemarin “Seandainya semua umat muslim beranggapan—memaknai—bahwa nilai-nilai Idulfitri tidak hanya terjadi satu tahun satu kali, tentu tidak akan ada orang yang dengki, sombong, iri hati, dan seterusnya itu, karena merasa jika setiap hari adalah idulfitri manusia itu akan saling memafkan, memperbanyak ibadah dan seterusnya.” Namun yang kita pahami selama ini menganggap bahwa hari raya hanya satu kali, ramadan satu kali, habis bulan-bulan itu kembali seperti dulu lagi. Nah, menurutku jika kita mampu memahami itu kemungkinan kita tidak akan saling tuding menuding, saling menjatuhkan, saling mencengkram antar manusia yang satu dan yang lain itu.
Ada hal lain yang bagiku cukup unik, ketika hari raya seperti ini, tiba-tiba jalan raya di barat rumah macet seperti kota Surabaya. Banyak kendaraan yang melintas di sana seperti semut-semut yang merayap. Mulai dari bus, roda empat, hingga roda dua hilir mudik ke kanan dan kiri tak berhenti sedikit pun. Ya, sangking banyaknya kendaraan akhirnya yang terjadi adalah kemacetan di jalan. Mau tak mau ya mau bagaimana lagi, kemacetan adalah suatu yang biasa tapi lebih luar biasa ketika memasuki hari raya idulfitri.
Barangkali itu saja keunikan yang kurasakan di hari raya idulfitri kali ini. Mungkin ini hanya sekadar corat-coretanku yang tak terlalu penting, namun setiap orang bebas mengekspresikan-menginterpretasikan setiap kejadian yang terjadi dalam hidupnya.



Post a Comment

0 Comments