RUMAH TERBAKAR


Oleh Nurhalimah
“Apa yang kamu katakan?”
“Apa yang kamu katakan?”
“Apa yang kamu katakan?”  tanya Pak Dono berulang-rulang pada perempuan yang ada di depannya. Wajah perempuan di depannya memerah tangannya gemetaran melihat pelototan Pak Dono, napasnya terengah-engah, berdegup sangat kencang.
“Apa yang kamu katakan? Jawab pertanyaanku atau kau akan rasakan akibatnya.” Mata Pak Dono semakin memerah seperti mau terlepas dari pelipisnya. Perempuan itu semakin menggigil terlihat nampak dari tangannya keluar air keringat bercucuran. Dahinya pun ikut serta dipenuhi keringat dingin.
“Aa, Aa, Aa, ii, aa,” ucap perempuan itu terbata-bata, air matanya melipir ke pipi merahnya.
Pak Dono semakin menjadi-menjadi,
 “Apa yang kamu katakan?” suara lantangnya semakin meninggi seperti petir yang menggelegar setiap pendengarnya. Mata yang makin memerah seperti darah, seperti membawa cakar yang siap menerkam tiap-tiap yang menghalanginya.
Perempuan itu malah menangis lantas terduduk di tempat ia injakkan kakinya. Sembari terbata-bata perempuan itu memberikan kode saja pada Pak Dono. Ia mencari sebuah batu, lalu ia menuliskan apa yang ingin perempuan itu sampaikan.
“TOLONG SAYA PAK, RUMAH SAYA KEBAKARAN DI SEBERANG”
Tanpa banyak bicara pak Dono lekas-lekas menuju arah yang ditunjukkan perempuan ini.
***
Kepulan asap mengepul seperti letusan gunung Merapi. Sang jago merah berhasil melahap barang-barang yang ada di dalam rumah. Sang jago merah melahap mangsanya tanpa banyak alasan, ia lahap semua yang ada di depannya.
Kejadian kebakaran ini bermula dari meletusnya tabung gas LPJ yang digunakan oleh perempuan ini. Perempuan ini hidup sebatang kara tanpa seseorang pun di dalamnya. Kanan-kiri rumahnya tiada tetangganya, wajar jika perempuan ini kebingungan meminta pertolongan. Apalagi ditambah dengan kemampuan komunikasi perempuan ini yang kurang baik.
Pak Deno segera menelpon petugas pemadam kebakaran, sebagai sosok pak Kampung di daerahnya, mau tak mau ia perlu menangani dan menghadapi masyarakatnya. Seperti kali ini Pak Deno harus membantu salah satu warganya untuk menyelesaikan musibah yang dialami.
Kepulan sang jago merah terus berlangsung meskipun petugas pemadam kebakaran telah datang, namun sang jago merah telah berhasil melahap separuh rumah perempuan itu. Tak henti-hentinya perempuan itu menumpahkan air matnya. Matanya sembab, memerah dengan tangis yang tak terhenti.
Pemadam kebakaran terlihat kewalahan menghadapi dahsyatnya sang jago merah. Mayarakat sekitar berbondong menimba air di kali samping rumah. Berkali menimba air dari sungai, berember-ember hingga api mulai berhenti.
Sang jago merah mulai memperlihatkan kebosanannya melahap rumah perempuan itu. Melemah terus melemah kekuatan lahapanya  sebagai akibat dari giatnya masyarakat dan pemadam kebakaran menyiraminya dengan air. Tapi perempuan itu masih menangis, meskipun jago merah mulai melemah dan tak menampkkan wajahnya lagi. Terus menangis, para warga termasuk Pak Deno dan yang hadir di tempat itu merasakan rasa yang berbeda.
“Sabar Nak,” pundaknya ditepuk Ibu-ibu berkepala empat itu seraya memohon izin untuk pulang ke rumah.
Mata yang sembab itu terus mengalirkan air mata seperti sumber mata air yang mengeluarkan air tanpa di-setting terlebih dahulu. Terus memancar tak  berhenti. Hatinya hancur berkeping-keping seperti serpihan kaca yang pecah tak bisa disambung kembali.
“Ya Allah kenapa kau berikan cobaan ini padaku, ada apa di balik semua ini,” suara jeritnnya keras sekali. Pak Deno terbelalak, perempuan itu berteriak dengan suara yang jelas.


Post a Comment

0 Comments