PUISI UNTUK KARTINI

Sumber Gambar: uniqpost.com
Pejuang Perempuan

Oleh Nurhalimah

Tak pernah terbayang dalam benakku
Ketika kau lakukan itu
Mendobrak budaya dan tradisi
Lantas meminta hak keadilan

Sikapmu pantang menyerah
Pantang mundur
Terus maju
Layaknya gemuruh air

Saat kau lakukan pembelaan
Saat kau tantang kebiasaan
Aku tak bisa bayangkan
Bagaiman kau lakukan itu

Semangatmu menuntut hak setara
Membuat goncang seluruh dunia
Sosok perempuan pribumi
Punya pikiran tak terpungkiri

Kini namamu melejit
Di atas ketinggian
Tanpamu kami bukan apa-apa
Tanpamu perempuan hanya diam
Diam dalam keterasingan

Surabaya, 22 April 2018


Namamu Terkenal

Oleh Nurhalimah

Kini engkau menjadi sorotan
Sorotan seluruh manusia
Bahkan bukan hanya di negeri ini
Jauh dari pucuk dunia
Juga mengenal namamu
Perempuan pribumi
Pejuang hak asasi
Atas kesetaraan diri
Surabaya, 22 April 2018

Apakah Hanya Berheti Di sini

Oleh Nurhalimah

Air mataku menitik
Melihat kisah perjuanganmu
Jauh dari lubuk hati ini
Terdengar dekupan sunyi

Mendengar namamu disebutkan
Bergetarlah jiwa dan raga ini
Meresap ke sumsum tulang
Menyatu dalam serangkaian darah

Kini engkau tinggal nama
Tinggal sejarah
Sejarah yang tak kan kembali
Apalagi terulang kembali

Apakah perjuanganmu akan berhenti di sini?
Apakah tidak ada Kartini-kartini baru
Yang siap meneruskan estafetmu
Apakah hanya berhenti di sini?


Surabaya, 22 April 2018




         Saya tuliskan puisi ini sebagai tanda terima kasih terhadap engkau wahai Ibu Kartini. Semoga  ke depannya akan muncul Kartini-kartini baru untuk melakukan perubahan yang lebih baik terhadap bangsa dan negara ini. Saya berharap semoga hari Kartini bukan hanya dijadikan ajang untuk diperingati saja. Namun,  dijadikan sebagai pelajaran yang ada di baliknya. Bagaimana ketika R.A Kartini mecoba mendobrak tradisi yang ia kira sangatlah mendiskreditkan perempuan itu. Beruntunglah perempuan yang hidup di zaman kita-kita ini, masih mendapatkan pendidikan dan bahkan kesetaraan untuk mendapatkan hak yang sama.

Terima kasih Ibu Kartini.



Post a Comment

0 Comments