Fenomena Urban Sufisme

Sumber: https://kampoengsufi.wordpress.com/2010/07/18/spiritualitas-perkotaan-urban-sufism/

Fenomena Urban Sufisme di Indonesia khususnya bukanlah hal yang tabu lagi. Bahkan kita seringkali mendengar istilah ini. Urban sufisme adalah proses transformasi makna yang semula sufisme dimaknai sempit, namun akhir-akhir ini sufisme mendapati makna yang lebih luas. Seseorang tidak perlu mengikuti tarekat atau serangkaian pembaitan dalam melakukan ritual sufisme, kira-kira begitulah makna dari urban sufisme.
Terminologi Urban Sufisme pertama kalinya disemarakkan oleh Julia Day Howell (2003) dalam suatu kajian antropologinya tentang gerakan spiritual yang sedang marak-maraknya di Indonesia. Khususnya dalam kemunculan-kemunculan perkumpulan kelompok-kelompok dzikir.
Mengingat masyarakat perkotaan identik dengan kecanggihan teknologi informasi, membuat masyarakatnya cenderung materialism. Mode gaya hidup yang semakin kebarat-baratan bagi sebagaian kalangan masyarakat modern menjadikan manusia lupa pada fitrahnya. Nah, di sinilah masyarakat perkotaan yang telah dihegemoni kecanggihan teknologi modern ingin mencari fitrahnya kembali (ketenangan batin).
Fenomena Urban Sufisme juga dipelopori oleh beberapa dai kondang, yang diantaranya adalah Aa Gym. Ia merupakan sosok dai yang memiliki serangkain inovasi-inovasi yang amat kreatif dalam menyebarkan dakwahnya. Dakwah yang ia lakukan bukan hanya bi al-lisan saja, namun ia juga menggunakan media sosial untuk menyampaikan dakwahnya. Baik itu melalui sms tauhid, twitter, fb, youtube, instragram, dan bahkan ia juga mendirikan MQFM dan MQTV. Dia juga membuat semacam aplikasi yang berisikan kumpulan ceramah dan buku-bukunya.
Dengan ini ia menyebut istilah Manajemen qalbu, di mana inti ajarannya adalah muhasabah diri, menginstropeksi diri sendiri. Manajemen Qalbu yang ia terapkan juga diajarakan di pondok pesantren yang ia asuh Daarut Tauhiid namanya. Ajaran dakwah  Aa Gym sangatlah mudah diterima oleh berbagai macam lapisan masyarakat. Mengingat inovasi dan gaya bahasanya yang mampu menarik perhatian para jamaah.
Selain Aa Gym juga terdapat dai kondang lainnya seperti halnya Ustad Haryono dengan dzikirnya. Metode yang digunakan oleh Ustad Haryono adalah melalui dzikir yang diucapkan bersama-sama. Dan bahkan dzikirnya mampu menyembuhkan segala penyakit. Dengan inilah ustad Haryono mendapati reting tinggi dalam menyampaikan dakwah.
Sebenarnnya kemunculan urban sufisme di masyarakat perkotaan diakibatkan oleh kekurang puasaan masyarakat dalam hidupnya. Meskipun segala macam yang diinginkan ia dapat memperolehnya, namun hal itu tidak dapat menjamin kebahagiaan seseorang. Jika penulis mengutip Seyyed Hossein Nasr mengatakan "Manusia modern keluar dari lingkaran sipiritualnya" atau dengan kata lain manusia ala perkotaan yang lebih dekat materialisme itu mengalami kekeringan spiritual.
Mengingat setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah maka setiap manusia tentunya berkeinginan untuk kembali ke dalam fitrahnya itu. Berangkat dari keterasingan mereka itu, masyarakat perkotaan sangatlah antusias untuk ikut serta dalam pengajian-pengajian atau majlis-majlis dzikir itu.
Umumnya masyarakat perkotaan maunya simple, nah dalam fenomena urban sufisme inilah masyarakat perkotaan melakukan serangkaian pelebaran makna. Jika dahulu ajaran sufisme hanyalah tertutup pada kelompok-kelompok tarekat yang telah melakukan serangkaian riyadloh, namun saat ini seseorang tidak perlu lakukan itu untuk mendapati atau mempelajari ajaran sufisme.




Post a Comment

0 Comments