PSIKOLOGI: SEBUAH PERJALANAN MENEMBUS BATAS YANG TAK DITENTUKAN


Sumber: https://www.centronagual.es
Sangat mafhum barangkali, bagi sebagian orang terkait ilmu psikologi. Apalagi yang sedang atau sudah mengenyam pendidikan di jurusan psikologi. Psikologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Sebenarnya jika dirunut dari akar sejarahnya, pembahasan tentang jiwa sudah jauh dahulu dibahas pada zaman Plato dan Aristoteles. Namun pembahasannya masih tergabung ke dalam filsafat dan masih belum menjadi disiplin keilmuan tersendiri.
Psikologi sebagai disiplin ilmu baru, lahir sekitar akhir abad ke 19 dan baru mengalami perkembangan yang sangat membludak di abad ke 20. Dengan begitu maka resmilah psikologi melepaskan diri dari filsafat. Kemudian perjalanan psikologi mulai bersahabat dengan sains sehingga ukuran untuk menilai jiwa seseorang dilihat dari segi rasional dan empiris. Bahkan pembahasan jiwa sendiri dianggap tidak relevan karena keberadaannya tidak tampak di depan mata. Akhirnya psikologi yang katanya ilmu yang mengkaji jiwa malah tidak membahas jiwa namun membahas tentang mental dan perilaku manusia dari sisi luar saja—karena bagi mereka letak jiwa tidak tampak dan sifatnya masih abstrak.
Beberapa aliran psikologi mafhum kita dengar seperti psikoanalisis, behavior, dan humanis. Diantara ketiganya hadir sebagai teori untuk berusaha menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dialami manusia. Pelopor di antara ketiganya berbeda-beda meski pada akhirnya di dunia psikologi ajaran ketiga aliran ini tetap dipelajari hingga saat ini.
Mazhab pertama dikenal dengan psikoanalisis dengan pelopor pertamanya bernama Sigmund Freud. Dikenal sebagai aliran besar dalam sejarah ilmu pengetahuan manusia dan populer pada masanya. Bagaimana tidak dikatakan begitu, aliran ini telah banyak menggaet para ilmuan lain untuk juga belajar psikoanalisis. Ia sempat menuturkan bahwa manusia memiliki tiga struktur kepribadian yakni id, ego, dan superego. Id menurut pandangan Freud berusaha memenuhi kebutuhan nafsunya, sedangkan ego semacam pengatur, dan terakhir adalah superego yang berfungsi menampung segala internalisasi moral dari lingkungan, keluarga, dan seterusnya.
Kedua adalah madzab behavioristik dengan tokoh pendirinya John B. Watson sekitar tahun 1913. Aliran ini lahir sebagai respon terhadap Psikoanalisis yang berbicara tentang alam bawah sadar manusia. Berbeda halnya dengan ajaran yang dibawa garis Freud, behavior penekanan teorinya terletak pada perilaku manusia atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan behavior. Pada tahu 1913 Watson menerbitkan sebuah artikel yang menawarkan pemikirannya. Artikelnya berjudul Psychological and Review. Dia mengusulkan agar psikologi menjadi sebuah sains yang objektif. Oleh karenanya dalam melakukan penelitian menggunakan metodologi serta prinsip newtonian. Behaviorisme memandang bahwa manusia ketika dilahirkan seperti kertas kosong dan akan berkembang berdasarkan stimulus yang ada di sekitarnya. Lingkungan yang buruk dapat menghasilkan manusia buruk dan begitupula sebaliknya.
Aliran ketiga dikenal dengan Humanistik dengan bapak pendirinya Abraham Maslow (1908-1970). Teorinya dikenal dengan hierarki kebutuhan, yakni kebutuhan fisiologis, rasa aman, dicintai, dihargai, dan terakhir aktualisasi diri. 
Selain ketiga aliran di atas akhir-akhir ini muncul madzhab psikologi baru yang dikenal dengan psikologi transpersonal. Psikologi Transpersonal merupakan sebuah madzhab psikologi sembari memadukannya dengan spiritual. Jika sebelumnya spiritual tidak dijadikan sebagai bahan pembahasan kini malah menjadi kerabat dalam pembahasannya.
Transpersonal berasal dari dua kata yakni trans berarti melewati, personal berarti topeng. Jadi keduanya digabung bermakna melewati topeng. Sebenarnya jika dirunut tuntas sejarahnya awal kali aliran ini lahir dipelopori oleh Maslow dkk. Memang sebelumnya Maslow adalah pendiri madzhab humanistik, namun ia merasa setelah manusia mengaktualisasikan diri ternyata seorang individu masih memerlukan sesuatu yang berada di luar dirinya.
Mungkin jika ditanya siapakah awal mula yang menggunakan nama transpersonal saya kira belum menemukan, namun jika Ujam Jaenuddin dalam bukunya Psikologi Transpersonal mengatakan Roberto Aggelio-lah menggunakannya pertama kali, namun saya belum bisa memastikan siapakah pengguna pertamanya. Atau jangan-jangan telah digunakan oleh Maslow dkk, siapa tahu, bukan?
Nah perlu teman-teman ketahui, kajian dalam psikologi transpersonal ternyata juga melibatkan beberapa kepercayaan baik dalam agama maupun aliran kebatinan, seperti halnya Tao, Lao Tzu, hindhuisme, buddhisme, Islam, dan seterusnya.
Mungkin untuk tulisan ini cukup sampai di sini guys, belum selesai baca bukunya. Insyaallah pada kesempatan lain saya akan mencoba meneruskan kembali, okay. 

Post a Comment

0 Comments