Judul Buku :
Islam dan Pluralisme: Akhlak Qur'an Menyikapi Perbedaan
Nama Pengarang :
Jalaluddin Rakhmat
Penyunting :
As’adi Abdul Ghani
Penerbit :
PT Serambi Ilmu Semesta
Ketebalan Buku : 292
halaman
ISBN :
979-1112-36-3
Buku ini dirancang untuk para pembaca dalam memahami dan menghadapi
fenomena pluralisme. Yang acap kali terjadi dan seringkali dibenturkan dengan
keyakinan agama. Selain itu, buku ini juga membahas tentang autensitas iman dan
membahas tentang kemungkaran sosial.
Ketika berbicara tentang pluralisme, problem yang pertama kali
dihadapkan adalah perbedaan. Padahal dengan adanya perbedaan, manusia dituntut
untuk memikirkan perbedaan itu sehingga menjadikan perbedaan sebagai rahmat
yang patut manusia syukuri. Penulisan buku ini tidak terlepas dari pengalaman
diri penulis sendiri.
Fenomena pluralisme yang paling kerap diperbincangkan dan
diperdebatkan adalah pluralisme agama. Begitu seringnya antar agama beranggapan
bahwa dirinyalah yang paling benar dan selainnya adalah salah. Bahkan tak
jarang saling mengklaim antara yang satu dengan yang lainya. Padahal agama
datang untuk menyempurnakan akhlak.
Perihal selamat bukanlah ranah manusia untuk memperbincangkan. Menurut Ridhâ, orang yang merasa pasti akan
selamat hanya karena dia Islam, Nasrani, dan Yahudi adalah orang yang terbuai
dengan nama. Selain itu, dalam buku ini juga dipaparkan mengenai skisme, yakni
asal muasal kata ini berasal dari Kristiani. Skisme dalam Kristiani muncul dahulu
ketika terjadi perpecahan antar umat Kristiani. Sehingga memunculkan dua
kelompok umat, yang pertama Kristiani Romawi dan yang kedua Kristiani Yunani.
Yang keduanya ini saling mengaku benar. Ternyata skisme ini juga dialami dalam
agama Islam. Seperti halnya muncul mazhab-mazhab fikih, kalam, dan lain
sebagainya. Yang beranggapan dirinya saja yang benar, padahal seharusnya tidak
bersikap demikian.
Dibagian dua buku ini menjelaskan tentang autensitas iman. Para
sufi yang ingin mengetahui Tuhan dengan pengabdian, bukan pemikiran, melalui
cinta, bukan kata, melalui takwa bukan hawa. Mereka tidak ingin mendefinisikan
Tuhan, namun mereka ingin menyaksikan Tuhan.
Dibagian tiga buku ini membahas mengenai sosial, transparasi, dan
amar ma’ruf nahi mungkar. Setiap muslim
dituntut untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar di dalam kebaikan. Sedangkan
mengenai transparasi, di dalam islam dianjurkan untuk menerapkan sikap shiddiq
sebagaimana yang dilakukan oleh para Nabi dan orang-orang terdahulu.
Keunggulan Buku
Saya kira buku ini cukup menunjang unutuk wawasan kita dalam
menghadapi persoalan pluralisme, khususnya dalam agama. Apalagi di dalam buku
ini didasarkan dengan berpedoman al-qur’ân dan hadis. Selain itu, penyusunnya
menambahi dengan mengutip beberapa tokoh, baik dari orientalis, sufi, filsuf,
dan tokoh psikolog. Yang saya kira dapat menambah kacamata wawasan pembaca.
Kelemahan Buku
Masih banyak kata atau istilah yang kurang dipahami oleh pembaca. Tentu,
jika banyak istilah yang kurang dipahami, pembaca merasa kurang paham dan
bahkan tak mengerti dengan pembahasan yang dibahas penulis.
0 Comments