Cerbung Tanpa Jejak

Pagi ini, diriku tak menyangka, aku tersenyum-senyum sendiri ketika mengingatmu.  Aku tak tahu.. Kenapa rasa ini mulai tumbuh kembali. padahal aku telah berusaha untuk melupakannya. Akan tetapi, pagi ini rasa itu terasa sangat terpaut, untuk mengingat kembali.
Tapi itu tak mungkin
       Terik matahari mulai meninggi, kira-kira jam setengah sepuluh pagi. Meskipun teriknya mulai terasa di kulit, hal ini terasa tak memanaskan diri. Di bawah pohon jambe, yang dikelilingi oleh ratusan macam pepohonan. Ku duduk menikmati alam ciptaan-Nya yang luarbiasa. Ku coba untuk merenungi alam yang terbentang luas, jarak yang tak terbentang luasnya. Bukit di depan sana, hijau penuh dengan berbagai macam vegetatif. Siapakah di balik ini semua?? dulu sewaktu aku kecil seringkali ku bertanya begitu. Namun, Aku tak pernah menemukan jawaban yang pasti. Ku rasa, pasti di balik ini semua ada pencipta yang lebih indah dari segala ciptaan-Nya.
     Termasuk pula dengan rasaku tadi pagi, yang secara spontan bercokol dibenakku. Bayang-bayang wajahnya mengandung  kerinduan.
"Ah, ini masalalu", gumamku dalam hati. "Dia telah memiliki pasangan", keluhku. Tiba-tiba ponselku berdering di meja tulis tergeletak, menderat suaranya. Kupercepat langkah menuju sumber suara. " Hallo, Assalamu'alaikum, ada yang bisa saya bantu", diujung sana terdengar menyimak setiap lantunan ucapkanku.
"Wa'alaikumussalam, Din aku kakakmu", jawab suara diujung sana. Seketika hatiku jleb, dag dig dug bukan main, tapi kukuatkan saja menjawab dengan ekspresi ala kadarnya.
" Wah, iya Kak Soni, bagaimana kabarnya, kok tumben telepon saya?", selidikku
"Iya, kakak punya berita gembira loh"
"Iya, apa kak",
" Aku nanti mau pergi melamar calon istriku", jawab ujung sana dengan semangat. Seketika rasaku, mungkin agak berbeda, di awal gembira, orang yang aku pikirkan menghubungiku. Namun, seketika itu sirna, "ah, tidak, aku harus bangga dengan kak Soni", dia sudah aku anggap sebagai saudara kandungku sendiri.
" Din, din, hallo"
"Wah, iya2 kak, maaf, barusan kurang fokus"
"Ya, elah apa yang kamu pikirkan, gak setuju kau"
"Setuju kak, baguslah terusir dari kejombloan" sembari berusaha menutupi gejolakku.
"Ya sudah nanti kakak kabari lagi ya", sembari menutup gagang di ujung sana.
Bersambung..

Post a Comment

0 Comments